Assalaamu'alaikum Wr Wb, buat rekat-rekan semua, blog ini hadir hanyalah merupakan sharing pengalaman kami dan rekan-rekan. Jika ada manfaat yang bisa diambil, kami sangat bersyukur dan mohon doa. Jika karena sok tahu kami ada yang dirugikan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga isinya bisa merupakan salah satu referensi. Wassalaamu'alaikum Wr Wb


Jumat, 31 Juli 2009

Perlunya paguyuban petani jamur tiram putiha

Minggu ini adalah minggu yang berat bagi para petani jamur tiram putih. Pemasaran jamur agak drop seiring dengan banyaknya jamur tiram putih di pasaran. Kebanyakan petani jamur yang tidak/belum memiliki jaringan pemasaran sendiri agak kesulitan menjual jamur tiramnya.
Sebenarnya di sini terdapat dua kondisi yang cukup kontras yang harus bisa diatasi yaitu :
- Konsumen tidak memperoleh informasi yang cukup jika ingin mendapatkan jamur tiram putih dari petani
- Sedangkan petani sendiri seringkali hanya mengandalkan pasar tradisional untuk menjual produknya.
Akibatnya karena hasil panen jamur tiram menyerbu semua ke pasar, pemasaran bisa menjadi jenuh dan menjatuhkan harga jual jamur tiram.
Di lain sisi, menurut beberapa informasi konsumen yang kami terima, ternyata harga jamur tiram di Konsumen tetap di harga yang stabil. Ini mengindikasikan harga jamur 'dipermainkan' oleh para tengkulak yang tidak mau rugi dengan sisa jamur yang tidak terjual ke konsumen.
Memang sudah cerita lama jika petani selalu 'kalah' dengan tengkulak. Jika harga jatuh, selalu petani yang dirugikan. Sedangkan kebanyakan pedagang akhirnya tidak mau menanggung resiko jamur sisa sehingga menerapkan sistim titip kepada petani yang jika terdapat sisa barang, dikembalikan kepada petani.
Untuk mengatasi hal seperti ini sebenarnya agar urgen juga dibentuk semacam paguyuban petani jamur tiram yang saling memberikan informasi pemasaran yang tepat dan efektif sehingga pasar mana saja yang sudah jenuh karena banyaknya petani yang menyetorkan hasil panennya dan pasar mana yang masih kurang pasokan.
Selain itu paguyuban juga berfungsi untuk saling bertukar informasi penjualan. Karena ternyata seringkali di satu sisi ada petani yang kesulitan menjual, tetapi di sisi lain ada juga petani yang kekurangan jamur tiram untuk memenuhi order permintaan jamur tiram.
Jika para petani jamur tiram mau untuk bersatu dan juga menstabilkan harga, InsyaALLAH walaupun tidak semua masalah bisa diatasi, tapi paling tidak ada tempat untuk saling sharing informasi dan bertukar pikiran.
Kami sendiri dari lokasi, walaupun memiliki produksi jamur tiram putih sendiri, terkadang juga mengambil dan membeli dari petani lain yang kesulitan dalam penjualan jamur tiram putihnya. Order pesanan jamur tiram yang ada pada kami seringkali merupakan kelipatan 5. Ada yang pesan 5kg, 10kg, 15kg, 20kg dan seterusnya. Dan jumlah itu memang bisa dipenuhi oleh petani yang memiliki kapasitas baglog di atas 5000 baglog.
Namun untuk petani yang hanya merawat 500-2000 baglog, biasanya agak kesulitan melakukan penjualan jika produksi jamur tiram sudah menurun.
Bayangkan saja, jika merawat sekitar 1000 baglog, ada kalanya hasil panen hanya 2-5kg saja. Dengan nilai itu, tentunya jika hasilnya dijual sendiri, akan memakan biaya operasional yang besar. Hal ini bisa diatasi jika petani tersebut ikut dalam suatu jaringan pemasaran tertentu, misalnya dalam plasma jamur tiram.
Berikut ini beberapa tips untuk mengatasi kejenuhan pemasaran jamur tiram putih :
  • Usahakan pemasaran ke banyak potensi penjualan jamur tidak hanya ke pasar tradisional. Contohnya penjualan ke warung-warung, rumah makan, outlet olahan jamur tiram, konsumsi langsung, restoran, hotel, usaha catering, rumah sakit, kantin-kantin kantor, kantin-kantin sekolah dan kampus, dan masih buanyak lagi khan... Bahkan kami juga melayani pengiriman ke warung yang hanya butuh 2kg sehari tetapi rutin. Bayangkan jika ditawarkan ke 10 warung seluruh kota malang dan semua mau, khan 20kg terjual semua..
  • Sebagai petani yang juga menjual, usahakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan selain kualitas produksi. Pemasaran modern sekarang produsen dituntut untuk mengubah paradigma yang hanya fokus pada hasil produksinya ke kualitas pelayanan yang lebih mengedepankan kepuasan costumer selain fokus ke kualitas produk.
  • Petani dituntut untuk mampu memilah pemasaran disesuaikan dengan produksi jamur tiramnya. Jadi Perawatan kumbung memang agak lebih ribet dikiit, tetapi mampu menguasai pemasaran. Maksudnya adalah, jika kita melayani pasar tradisional, dipilihkan jamur tiram ukuran kecil dan tanggung, sedangkan untuk layanan resto atau outlet jamur, dipilihkan jamur tiram ukuran sedang dan besar.
  • Memiliki jadual dan prediksi hasil jamur tiram dari kumbung disesuaikan dengan permintaan yang ada. Hal ini untuk mengantisipasi jika ada order, petani bisa memprediksi dengan tepat produksinya. Karena seringkali order untuk esok hari (misalnya) harus disanggupi jumlahnya saat ini. Jika belum menyanggupi, paling tidak mampu memprediksi sehingga hasilnya ngga meleset terlalu jauh. Misal order 20kg, jika ngga sanggup semua, masih mampu untuk mensuport sekitar 18kg. Jangan sampai sanggup 20kg, tetapi keesokan hari ternyata hanya ada 5kg.
  • Mempunyai produk olahan sendiri seperti kripik jamur tiram, atau outlet jajanan jamur tiram sendiri.
Tetapi memang beberapa tips tadi secara teoritis saja, mungkin penerapannya tidak semudah yang dikatakan karena memerlukan usaha dan sumber daya yang optimal. Namun semua itu adalah pengalaman yang kami lakukan sendiri. Hasilnya Alhamdulillah walaupun di pasar Batu dan sekitarnya harga jamur tiram drop sampai hingga Rp.5000/kg, kami tetap menjual di kisaran Rp.8000/kg.
Mengapa..?? Karena penjualan yang kami lakukan menggunakan sistem direct selling dengan rantai pemasaran yang cukup pendek yaitu :
Petani ---> konsumen
atau Petani --> Supplier --> Konsumen
Dan kami hanya memenuhi order. Jadi InsyaALLAH jamur tiram yang dilempar ke konsumen pasti laku.
Ini berbeda dengan penjualan ke pasar yang memiliki rantai sebagai berikut :
Petani ---> tengkulak ---> Pedagang pasar ---> konsumen
atau malah ada yang agak panjang lagi
Petani ---> reseller ----> tengkulak ----> pedagang pasar ---> konsumen
Jadi tidak heran jika harga di petani rendah, dan harga di konsumen tinggi.
Namun di luar semua itu, berdasarkan pengalaman kami, kondisi jamur tiram yang lagi panen raya ini tidak akan melebihi 7 hari, artinya setelah 7 hari, InsyaALLAH progress panen akan stabil kembali. Dan di saat itu harga akan kembali ke tingkatan normal.
Jadi.., buat para petani.., sementara bersabarlah, bertawakkal kepada ALLAH SWT, dan banyak bersedekah jika jamurnya pas banyak dan ngga terserap semua. InsyaALLAH dalam 7 hari ke depan, semua akan kembali ke kondisi seperti biasanya..

2 komentar:

  1. dikomentari malah di delete... egois

    BalasHapus
  2. Kang Fithrawan, saya setuju dengan idenya. Insya ALLAH perkumpulan petani jamur akan bermanfaat bagi para petaninya, soalnya harga di beberapa daerah jawa barat juga naik turun naik terus. Mari Kita Menuju Masa Depan Yang Lebih Baik. ttd. Rabbani

    BalasHapus