Dalam foto tersebut tampak bahwa hasil panen satu grup jaringan penjualan jamur tiram putih dalam seminggu terakhir turun drastis. Puncak hasil panen terjadi tanggal 7 november 2008 yang mencapai 200 kg lebih. Tampak pula bagi catatan yang masih kosong itu berarti kumbung masih dalam masa inkubasi.
Turunnya hasil panen jamur tiram ini disebabkan oleh faktor dari luar dan faktor dari dalam.
Untuk faktor luar, suhu yang terlalu dingin dan curah hujan yang cukup tinggi di daerah Batu dalam sepekan terakhir ini menyebabkan kelembaban sangat tinggi, bahkan cenderung basah. Untuk tingkat kelembaban yang terlalu tinggi inipun malah dapat menghambat pertumbuhan tubuh buah. Selain itu jamur yang dipanen pun cenderung basah. Untuk hal ini sudah diantisipasi dengan menutup dinding kumbung menggunakan plastik dan mulsa dan hasilnya cukup efektif mengurangi tingkat kadar air jamur tiram putih saat dipanen. Suhu yang terlalu dingin (mencapai 17oC) juga ternyata kurang baik bagi pertumbuhan tubuh buah, dalam pengamatan Kami, jamur dapat berproduksi optimal di kisaran suhu 23oC hingga 27oC.
Untuk Faktor dari dalam, memang hal ini disebabkan grafik panen yang sedang menurun. Untuk ini akan kami coba jelaskan dalam uraian berikut ini. Kami pernah mengadakan sebuah pengamatan kecil untuk meneliti pola panen jamur tiram putih. Pengamatan yang dilakukan adalah :
- Pengamatan terhadap beberapa rak baglog jamur dan melakukan pembukaan tutup baglog dengan interval tertentu.
- Melakukan pencatatan jumlah baglog yang menghasilkan panen jamur tiram putih
- Melakukan pencatatan berat jamur tiram putih dari masing-masing pembukaan
- Meneliti masa panen awal yaitu di 40 hari pertama
Data pengamatan tersebut dapat di download di sini :
Kesimpulan awal dari pengamatan kecil tersebut adalah sebagai berikut :
Baglog dapat menghasilkan 2 kali pemanenan dalam 40 hari pertama, dan rata-rata berat jamur tiram per baglognya sekitar 100 gram.
Masa panen untuk masing-masing grup pembukaan (misalnya 1400 baglog) adalah sekitar 15 hari dan membentuk grafik kurva naik lalu turun kembali.
Grafik pengamatan tersebut dapat di download di sini :
setelah itu baglog mengalami masa inkubasi ulang untuk panen ke-2 selama kurang lebih 5 hari, kemudian grafik naik lagi untuk masa panen ke-2 dengan masa yang sama yaitu sekitar 15 hari juga.
Sebaiknya untuk menjaga stabilitas panen, pembukaan baglog dilakukan tidak secara serentak tetapi dengan memberikan interval. Misalkan untuk kumbung dengan kapasitas 5000 baglog, pembukaan dapat dilakukan per 1000 baglog dengan interval 2 hari. Hal ini jika diperhatikan dari grafik panen, tujuannya agar hasil panen dapat berada terus pada puncak grafik.
Strategi untuk penjadualan panen dan pengaturan interval pembukaan baglog ini sangat penting bagi pebudidaya yang memiliki kontrak penjualan tetap dengan pihak pembeli jamur tiram. Memang untuk pengaturan ini sifatnya empiris, dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram putih. Tetapi segala upaya yang ada layak untuk diusahakan demi menjaga kualitas dan kuantitas jamur tiram putih di pasaran.
terima kasih ilmunya
BalasHapusdata pengamatanya kok gak ada?
BalasHapus